BUDAYA DAN PROSPEKTIF SEJARAH
by kartikagustina on Nov.22, 2009, under
Nama : Kartika Agustina
Kelas : 1 KA 32
NPM : 13110844
BUDAYA DAN PROSPEKTIF SEJARAH
Potensi Pengembangan Ekowisata, Wisata Budaya dan Prospek Pengelolaan Taman Hutan Rakyat di Wilayah Gunung Ungaran
Potensi pengembangan ekowisata dan pengelolaan hutan abadi rakyat adalah salah satu hal yang patut diperhatikan dalam memajukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Potensi ini bisa didapati di seluruh wilayah yang memiliki areal yang memenuhi persyaratan ekowisata dan hutan rakyat, salah satunya adalah wilayah pegunungan.
Kabupaten Kendal, adalah salah satu dari beberapa kabupaten di wilayah Jawa Tengah yang memiliki potensi tersebut pada kategori A atau sangat baik, kabupaten ini memiliki wilayah yang beraneka ragam, yakni dataran rendah, dataran sedang [menengah] dan dataran tinggi atau pegunungan dengan potensi masing-masing. Gunung Ungaran adalah salah satu dari beberapa gunung yang ada di wilayah Jawa Tengah, yang salah satu sisinya berada di wilayah Kabupaten Kendal.
Gunung Ungaran memiliki tinggi +2050 Mdpl dengan karakteristik yang berbeda dengan gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, karakter jalur trekking yang landai memungkinkan untuk dikembangkan menjadi salah satu obyek ekowisata yang bisa menambah pendapatan asli daerah dari sector pariwisata. Selain itu, perkebunan teh yang dikelola oleh swasta juga sangat mendukung terwujudnya hal tersebut. Selain trekking, wisata lain yang saat ini sedang dikembangkan oleh investor di sisi utara Gunung Ungaran adalah sebuah taman wisata keluarga yang dilengkapi dengan pemancingan, bungalow, dan kolam renang serta pembibitan tanaman hias; selain itu PT. Perhutani Jawa Tengah juga mengembangkan obyek wisata alam yakni sumber air panas di Kawah Margotopo dan air terjun Curung Benowo, dan juga akan dilengkapi dengan kolam renang air hangat, shelter, dan jalur trekking yang cukup menantang.
Selain jalur trekking yang ada disekitar Kawah Margotopo, pengembangan ekowisata juga bisa dilakukan dengan membangun gardu pandang yang bisa ditempatkan di sekitar terminal penumpang Gonoharjo, atau juga bisa membangun jalur trekking menuju Candi Promasan dan Gua Jepang yang disatukan dengan paket wisata “summit attack” puncak Ungaran dan hal ini bisa juga dijadikan satu paket dengan wisata budaya yang bisa dikembangkan di wilayah ini. Lalu mengapa wisata budaya bisa dikembangkan di wilayah ini? Hal ini menjadi penting mengingat daerah ini pernah menjadi pusat agama Hindu-Jawa pada masa kerajaan Kalingga, yang ditandai dengan adanya komplek Candi Gedongsongo, komplek Candi Promasan, dan komplek Candi Argosomo yang berada di dekat pemandian air panas Gonoharjo.
Hal ini menjadi menarik mengingat ada hubungan antara komplek-komplek candi tersebut, melalui beberapa diskusi yang pernah penulis ikuti dapat ditarik kesimpulan bahwa antara candi Gedongsono [berada di Desa Candi, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang] dengan komplek Promasan [berada di Desa Ngesrepbalong, Kec. Limbangan, Kab. Kendal] dan candi Argosomo [berada di Desa Gonoharjo, Kec. Limbangan, Kab. Kendal] ada hubungan yang sangat erat dan bertalian mengenai perkembangan agama Hindu-Jawa di wilayah Ungaran dan sekitarnya. Pada diskusi tersebut muncul kesimpulan bahwa candi Argosomo merupakan tujuan terakhir dari pendidikan para wiku agama Hindu-Jawa yang dimulai dari komplek Gedongsongo. Komplek Promasan dan candi Argosomo merupakan tempat “pembaptisan” dan semadi terakhir sebelum dilantik menjadi wiku agama Hindu yang akan menyebarkan Hindu-Jawa ke seluruh penjuru Jawadwipa kala itu. Jika hal ini dikembangkan dan dikemas dengan serius sebagai sebuah paket wisata bukan tidak mungkin akan menarik minat para wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara yang berminat dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Mengingat hal ini adalah suatu refleksi dari perjalanan dan perkembangan budaya Indonesia khususnya Jawa.
Selain ekowisata dan wisata budaya yang dikembangkan di sisi utara Gunung Ungaran, juga prospek pengelolaan taman hutan rakyat di wilayah Gonoharjo, menurut informasi yang didapatkan penulis dari warga sekitar bahwa warga diberikan hak pengelolaan hutan seluas hampir 1 Ha/KK yang ditanami kopi secara tradisional dan ramah lingkungan dengan estimasi populasi tanaman kopi sebanyak 2500-3000 pohon/Ha yang berpotensi menghasilkan 1-2 Kg kopi basah/pohon yang bisa diasumsikan akan menghasilkan 2500-3000 Kg/Ha/musim panen. Hal ini menjadi menarik, mengingat pengelolaan yang tradisional dan ramah lingkungan tersebut bisa menjadi salah satu upaya untuk memakmurkan masyarakat sekitar. Dikatakan ramah lingkungan karena pengelolaan ini tidak memerlukan pestisida jenis apapun organik maupun sintetik, proses proteksi tanaman kopi dari hama hanya mengandalkan tanaman liar yang ada di sekitarnya termasuk pepohonan yang telah berusia ratusan tahun. Ancaman hama yang ada hanyalah populasi babi hutan yang kurang bisa terkontrol dengan baik.
Apabila pengelolaan ini bisa dimanajemen dengan baik oleh warga atau kelompok tani yang ada, bukan tidak mungkin akan menjadikan Gonoharjo sebagai daerah penghasil kopi rakyat yang mendukung potensi daerah Kabupaten Kendal, mengingat besarnya potensi yang ada untuk menjadikan taman hutan rakyat secara tradisional dan ramah lingkungan tanpa usaha konversi lahan menuju perkebunan kopi modern.
Namun untuk menuju semua itu perlu sebuah kerjasama yang erat dan menguntungkan semua pihak, hambatan dan rintangan akan selalu ada jika tidak ada kesepakatan yang baik antara pihak-pihak yang terlibat didalam pengelolaan wista dan taman hutan rakyat. Diharapkan hal ini bisa menjadi suatu pertimbangan dalam usaha memakmurkan masyarakat dan menjaga kekayaan alam serta budaya Indonesia yang adiluhung ini.
1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata dewasa ini semakin mendapatkan prioritas utama sebagai penghasil devisa selain minyak dan gas yang memiliki pertumbuhan paling pesat dalam bidang perekonomian. Pariwisata menyumbang 9,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, pada saat ini dan akan tumbuh menjadi 10,1% ditahun 2007. Dengan semakin jenuhnya pasar konsumen wisata yang diakibatkan oleh kurang dikenalnya potensi alam sebagai daya tarik wisata maka perlu diupayakan adanya tema baru sebagai daya tarik wisata. Ketetapan pemerintah Indonesia sejak decade 1980-an dengan mendudukkan sector pariwisata sebagai sector prioritas bagi penerimaan devisa, telah menempatkannya pada posisi ideal untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan ini. Jawa tengah merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai asset di sector pariwisata. Jawa Tengah yang termasuk dalam wilayah pengembangan pariwisata B, memberi penekanan pengembangan pariwisata yang bertujuan untuk memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumber daya alam dan budaya sehingga dapat meningkatkan dan memantapkan citra produk Jawa Tengah di pasaran wisata dalam negeri maupun wisata luar negeri. Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang secara riil merupakan titik tolak yang sangat strategis bagi daerah untuk dapat menggali, mengembangkan, dan mengelola asset-aset maupun potensi sumber daya yang dimiliki serta memberdayakan untuk pembangunan perekonomian daerah setempat. Oleh karena itu perlu mencermati sector strategis yang memiliki potensi kuat untuk menopang pembangunan daerah masing-masing. Kabupaten Semarang merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Jawa Tengah yang sangat potensial di bidang kepariwisataan sehingga Kabupaten Semarang menempatkan sector “INTAN PARI” (Industri, pertanian dan pariwisata) sebagai pelaksanaan UU No.22 tahun Otonomi Daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah. Wilayah Kabupaten Semarang memiliki obyek dan daya tarik wisata yang cukup bervariasi seperti panorama keindahan alam yang mempesona, klimatologi yang mendukung untuk keperluan peristirahatan, suasana kehidupan pedesaan, kesenian tradisional, industri kerajinan, peninggalan sejarah dan purbakala, hutan wisata, wisata tirta dan wisata pertanian. Dalam bidang wisata dan rekreasi Kabupaten Semarang memiliki potensi yang menjanjikan. Dari berbagai macam potensi objek dan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Semarang, diantaranya Wana Wisata Penggaron, Kopeng, Bandungan, Rawa Pening, dan sebagainya. Kawasan wisata pemandian Tirto argo merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Semarang yang bercorak alam, memiliki peluang dan kekuatan yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Kelebihan yang dimiliki objek wisata ini antara lain: Memiliki potensi yang unik dan menarik, potensi yang dimiliki yaitu adanya sumber air dari gunung ungaran, serta suasana pedesaan yang masih alami. Adanya event padusan, pada acara ini umat islam dari dalam dan luar Kabupaten Semarang datang untuk melaksanakan ritual ini, sehingga mengalami ledakan pengunjung. Lokasi objek berdekatan dengan objek wisata lain, sehingga dapat menjadi sebuah paket wisata yang menarik. Didekat pemandian sudah ada fasilitas pendukung berupa pemancingan dan penginapan Puri Indrakila. Selain itu juga didukung dengan peningkatan arus kunjungan wisatawan, hal ini dapat menjadi sebuah peluang yang bagus. Dibalik potensi dan peluang tersebut terdapat sejumlah factor kelemahan yang menjadi kendala bagi perkembangan Objek Wisata Tirto Argo, antara lain : Masih terbatasnya dukungan fasilitas penunjang wisata baik secara kuantitas maupun kualitas. Masih terbatasnya upaya pengelolaan antraksi yang terdapat di dalam kawasan ini. Belum tersedianya konsep dan arahan untuk penataan dan pengembangan. Berdasar data diatas, tirto argo sebagai salah satu objek wisata yang memiliki prospek yang cerah, maka diperlukan penataan kawasan wisata yang terpadu dengan melakukan penataan dan penambahan kualitas maupun kuantitas, serta fungsi luar dan komposisi masa bangunan. Diharapkan dengan penataan kawasan objek rekreasi tirto argo dapat mewadahi kegiatan-kegiatan wisata yang dapat menarik wisatawan untuk dapat berwisata dengan nyaman serta mampu memberi kepuasan bagi pengunjungnya. 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan pembahasan adalah melakukan perencanaan pengembangan Kawasan Wisata Tirto Argo dengan menggali, mengumpulkan dan mengidentifikasi permasalahan yang ada untuk memperoleh solusi penataan dan pengembangan yang mampu menjadikan kawasan rekreasi ini menjadi tempat rekreasi yang nyaman. Sasaran yang hendak dicapai adalah mendapatkan landasan program perencanaan dan perancangan Pengembangan Kawasan Tirto Argo di Ungaran yang mampu mewadahi kegiatan rekreasi. 1.3. Manfaat Manfaat yang diperoleh dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Secara Subjektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, dan sebagai pegangan serta acuan selanjutnya dalam penyusunan LP3A yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tugas Akhir. 2) Manfaat Secara Objektif Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baik bagi penyusun maupun bagi mahasiswa lain serta bermanfaat untuk masyarakat umum. 1.4. Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan secara subtansial dititik beratkan pada lingkup ilmu arsitektur terutama penataan kawasan yang berkaitan dengan Penataan Kawasan Wisata Tirto Argo. Hal-hal diluar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang hal tersebut masih relevan. Ruang lingkup pembahasan secara spasial tapak berada di Kelurahan Nyatnyono, kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, 1.5. Metoda Pembahasan Metoda pembahasan yang digunakan dalam penyusunan LP3A ini adalah dengan metode deskriptif sebagai cara untuk memperoleh gambaran tentang kondisi dan karakteristik suatu keadaan atau peristiwa dengan secermat-cermatnya. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan studi pustaka dan pengamatan di lapangan. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dengan cara : Wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan topic pembahasan. Studi pustaka, dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder. Dalam hal ini termasuk studi pustaka tentang pariwisata, penataan kawasan, maupun untuk pengumpulan data dari instansi terkait. Observasi lapangan, dilakukan pengamatan langsung di Kawasan Wisata Tirto Argo. Studi banding, dipilih objek yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kawasan Wisata Tirto Argo. Setelah diperoleh data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan konsep dasar perencanaan dan perancangan. 1.6. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang tema secara umum penataan Kawasan Wisata Tirto Argo yang didalamnya berisi penjelasan mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, metoda pembahasan yang digunakan, serta sistematika pembahasan yang berisi pokok pikiran pada setiap bab yang ada. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung perencanaan dan perancangan Kawasan Wisata Tirto Argo. BAB III TINJAUAN KAWASAN REKREASI TIRTO ARGO Dalam bab ini berisi tentang diskripsi kondisi dan potensi kawasan wisata tirto argo baik secara fisik maupun non fisik.Uraian didahului dengan kebijakan pariwisata Propinsi Jawa Tengah, kemudian gambaran umum Kabupaten Semarang, dan tinjauan Kawasan Wisata Tirto Argo. BAB IV ANALISIS KAWASAN TIRTO ARGO Bab ini diuraikan analisa-analisa yang bersifat penajaman terhadap materi dan dikaitkan dengan konteks lahan perencanaan. Materi yang akan dianalisa meliputi jenis wisata, pelaku, dan aktivitas, fasilitas, pencapaian, kapasitas, besaran ruang, sedangkan analisa fisik kawasan yang meliputi struktur kawasan, elemen pembentuk kawasan, citra kawasan serta style arsitektur bangunan. BAB V BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi tentang batasan dan anggapan yang dihasilkan dari analisis dan diterapkan pada pendekatan program perencanaan dan perancangan.
Kelas : 1 KA 32
NPM : 13110844
BUDAYA DAN PROSPEKTIF SEJARAH
Potensi Pengembangan Ekowisata, Wisata Budaya dan Prospek Pengelolaan Taman Hutan Rakyat di Wilayah Gunung Ungaran
Potensi pengembangan ekowisata dan pengelolaan hutan abadi rakyat adalah salah satu hal yang patut diperhatikan dalam memajukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Potensi ini bisa didapati di seluruh wilayah yang memiliki areal yang memenuhi persyaratan ekowisata dan hutan rakyat, salah satunya adalah wilayah pegunungan.
Kabupaten Kendal, adalah salah satu dari beberapa kabupaten di wilayah Jawa Tengah yang memiliki potensi tersebut pada kategori A atau sangat baik, kabupaten ini memiliki wilayah yang beraneka ragam, yakni dataran rendah, dataran sedang [menengah] dan dataran tinggi atau pegunungan dengan potensi masing-masing. Gunung Ungaran adalah salah satu dari beberapa gunung yang ada di wilayah Jawa Tengah, yang salah satu sisinya berada di wilayah Kabupaten Kendal.
Gunung Ungaran memiliki tinggi +2050 Mdpl dengan karakteristik yang berbeda dengan gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, karakter jalur trekking yang landai memungkinkan untuk dikembangkan menjadi salah satu obyek ekowisata yang bisa menambah pendapatan asli daerah dari sector pariwisata. Selain itu, perkebunan teh yang dikelola oleh swasta juga sangat mendukung terwujudnya hal tersebut. Selain trekking, wisata lain yang saat ini sedang dikembangkan oleh investor di sisi utara Gunung Ungaran adalah sebuah taman wisata keluarga yang dilengkapi dengan pemancingan, bungalow, dan kolam renang serta pembibitan tanaman hias; selain itu PT. Perhutani Jawa Tengah juga mengembangkan obyek wisata alam yakni sumber air panas di Kawah Margotopo dan air terjun Curung Benowo, dan juga akan dilengkapi dengan kolam renang air hangat, shelter, dan jalur trekking yang cukup menantang.
Selain jalur trekking yang ada disekitar Kawah Margotopo, pengembangan ekowisata juga bisa dilakukan dengan membangun gardu pandang yang bisa ditempatkan di sekitar terminal penumpang Gonoharjo, atau juga bisa membangun jalur trekking menuju Candi Promasan dan Gua Jepang yang disatukan dengan paket wisata “summit attack” puncak Ungaran dan hal ini bisa juga dijadikan satu paket dengan wisata budaya yang bisa dikembangkan di wilayah ini. Lalu mengapa wisata budaya bisa dikembangkan di wilayah ini? Hal ini menjadi penting mengingat daerah ini pernah menjadi pusat agama Hindu-Jawa pada masa kerajaan Kalingga, yang ditandai dengan adanya komplek Candi Gedongsongo, komplek Candi Promasan, dan komplek Candi Argosomo yang berada di dekat pemandian air panas Gonoharjo.
Hal ini menjadi menarik mengingat ada hubungan antara komplek-komplek candi tersebut, melalui beberapa diskusi yang pernah penulis ikuti dapat ditarik kesimpulan bahwa antara candi Gedongsono [berada di Desa Candi, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang] dengan komplek Promasan [berada di Desa Ngesrepbalong, Kec. Limbangan, Kab. Kendal] dan candi Argosomo [berada di Desa Gonoharjo, Kec. Limbangan, Kab. Kendal] ada hubungan yang sangat erat dan bertalian mengenai perkembangan agama Hindu-Jawa di wilayah Ungaran dan sekitarnya. Pada diskusi tersebut muncul kesimpulan bahwa candi Argosomo merupakan tujuan terakhir dari pendidikan para wiku agama Hindu-Jawa yang dimulai dari komplek Gedongsongo. Komplek Promasan dan candi Argosomo merupakan tempat “pembaptisan” dan semadi terakhir sebelum dilantik menjadi wiku agama Hindu yang akan menyebarkan Hindu-Jawa ke seluruh penjuru Jawadwipa kala itu. Jika hal ini dikembangkan dan dikemas dengan serius sebagai sebuah paket wisata bukan tidak mungkin akan menarik minat para wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara yang berminat dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Mengingat hal ini adalah suatu refleksi dari perjalanan dan perkembangan budaya Indonesia khususnya Jawa.
Selain ekowisata dan wisata budaya yang dikembangkan di sisi utara Gunung Ungaran, juga prospek pengelolaan taman hutan rakyat di wilayah Gonoharjo, menurut informasi yang didapatkan penulis dari warga sekitar bahwa warga diberikan hak pengelolaan hutan seluas hampir 1 Ha/KK yang ditanami kopi secara tradisional dan ramah lingkungan dengan estimasi populasi tanaman kopi sebanyak 2500-3000 pohon/Ha yang berpotensi menghasilkan 1-2 Kg kopi basah/pohon yang bisa diasumsikan akan menghasilkan 2500-3000 Kg/Ha/musim panen. Hal ini menjadi menarik, mengingat pengelolaan yang tradisional dan ramah lingkungan tersebut bisa menjadi salah satu upaya untuk memakmurkan masyarakat sekitar. Dikatakan ramah lingkungan karena pengelolaan ini tidak memerlukan pestisida jenis apapun organik maupun sintetik, proses proteksi tanaman kopi dari hama hanya mengandalkan tanaman liar yang ada di sekitarnya termasuk pepohonan yang telah berusia ratusan tahun. Ancaman hama yang ada hanyalah populasi babi hutan yang kurang bisa terkontrol dengan baik.
Apabila pengelolaan ini bisa dimanajemen dengan baik oleh warga atau kelompok tani yang ada, bukan tidak mungkin akan menjadikan Gonoharjo sebagai daerah penghasil kopi rakyat yang mendukung potensi daerah Kabupaten Kendal, mengingat besarnya potensi yang ada untuk menjadikan taman hutan rakyat secara tradisional dan ramah lingkungan tanpa usaha konversi lahan menuju perkebunan kopi modern.
Namun untuk menuju semua itu perlu sebuah kerjasama yang erat dan menguntungkan semua pihak, hambatan dan rintangan akan selalu ada jika tidak ada kesepakatan yang baik antara pihak-pihak yang terlibat didalam pengelolaan wista dan taman hutan rakyat. Diharapkan hal ini bisa menjadi suatu pertimbangan dalam usaha memakmurkan masyarakat dan menjaga kekayaan alam serta budaya Indonesia yang adiluhung ini.
1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata dewasa ini semakin mendapatkan prioritas utama sebagai penghasil devisa selain minyak dan gas yang memiliki pertumbuhan paling pesat dalam bidang perekonomian. Pariwisata menyumbang 9,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, pada saat ini dan akan tumbuh menjadi 10,1% ditahun 2007. Dengan semakin jenuhnya pasar konsumen wisata yang diakibatkan oleh kurang dikenalnya potensi alam sebagai daya tarik wisata maka perlu diupayakan adanya tema baru sebagai daya tarik wisata. Ketetapan pemerintah Indonesia sejak decade 1980-an dengan mendudukkan sector pariwisata sebagai sector prioritas bagi penerimaan devisa, telah menempatkannya pada posisi ideal untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan ini. Jawa tengah merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai asset di sector pariwisata. Jawa Tengah yang termasuk dalam wilayah pengembangan pariwisata B, memberi penekanan pengembangan pariwisata yang bertujuan untuk memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumber daya alam dan budaya sehingga dapat meningkatkan dan memantapkan citra produk Jawa Tengah di pasaran wisata dalam negeri maupun wisata luar negeri. Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang secara riil merupakan titik tolak yang sangat strategis bagi daerah untuk dapat menggali, mengembangkan, dan mengelola asset-aset maupun potensi sumber daya yang dimiliki serta memberdayakan untuk pembangunan perekonomian daerah setempat. Oleh karena itu perlu mencermati sector strategis yang memiliki potensi kuat untuk menopang pembangunan daerah masing-masing. Kabupaten Semarang merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Jawa Tengah yang sangat potensial di bidang kepariwisataan sehingga Kabupaten Semarang menempatkan sector “INTAN PARI” (Industri, pertanian dan pariwisata) sebagai pelaksanaan UU No.22 tahun Otonomi Daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah. Wilayah Kabupaten Semarang memiliki obyek dan daya tarik wisata yang cukup bervariasi seperti panorama keindahan alam yang mempesona, klimatologi yang mendukung untuk keperluan peristirahatan, suasana kehidupan pedesaan, kesenian tradisional, industri kerajinan, peninggalan sejarah dan purbakala, hutan wisata, wisata tirta dan wisata pertanian. Dalam bidang wisata dan rekreasi Kabupaten Semarang memiliki potensi yang menjanjikan. Dari berbagai macam potensi objek dan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Semarang, diantaranya Wana Wisata Penggaron, Kopeng, Bandungan, Rawa Pening, dan sebagainya. Kawasan wisata pemandian Tirto argo merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Semarang yang bercorak alam, memiliki peluang dan kekuatan yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Kelebihan yang dimiliki objek wisata ini antara lain: Memiliki potensi yang unik dan menarik, potensi yang dimiliki yaitu adanya sumber air dari gunung ungaran, serta suasana pedesaan yang masih alami. Adanya event padusan, pada acara ini umat islam dari dalam dan luar Kabupaten Semarang datang untuk melaksanakan ritual ini, sehingga mengalami ledakan pengunjung. Lokasi objek berdekatan dengan objek wisata lain, sehingga dapat menjadi sebuah paket wisata yang menarik. Didekat pemandian sudah ada fasilitas pendukung berupa pemancingan dan penginapan Puri Indrakila. Selain itu juga didukung dengan peningkatan arus kunjungan wisatawan, hal ini dapat menjadi sebuah peluang yang bagus. Dibalik potensi dan peluang tersebut terdapat sejumlah factor kelemahan yang menjadi kendala bagi perkembangan Objek Wisata Tirto Argo, antara lain : Masih terbatasnya dukungan fasilitas penunjang wisata baik secara kuantitas maupun kualitas. Masih terbatasnya upaya pengelolaan antraksi yang terdapat di dalam kawasan ini. Belum tersedianya konsep dan arahan untuk penataan dan pengembangan. Berdasar data diatas, tirto argo sebagai salah satu objek wisata yang memiliki prospek yang cerah, maka diperlukan penataan kawasan wisata yang terpadu dengan melakukan penataan dan penambahan kualitas maupun kuantitas, serta fungsi luar dan komposisi masa bangunan. Diharapkan dengan penataan kawasan objek rekreasi tirto argo dapat mewadahi kegiatan-kegiatan wisata yang dapat menarik wisatawan untuk dapat berwisata dengan nyaman serta mampu memberi kepuasan bagi pengunjungnya. 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan pembahasan adalah melakukan perencanaan pengembangan Kawasan Wisata Tirto Argo dengan menggali, mengumpulkan dan mengidentifikasi permasalahan yang ada untuk memperoleh solusi penataan dan pengembangan yang mampu menjadikan kawasan rekreasi ini menjadi tempat rekreasi yang nyaman. Sasaran yang hendak dicapai adalah mendapatkan landasan program perencanaan dan perancangan Pengembangan Kawasan Tirto Argo di Ungaran yang mampu mewadahi kegiatan rekreasi. 1.3. Manfaat Manfaat yang diperoleh dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Secara Subjektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, dan sebagai pegangan serta acuan selanjutnya dalam penyusunan LP3A yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tugas Akhir. 2) Manfaat Secara Objektif Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baik bagi penyusun maupun bagi mahasiswa lain serta bermanfaat untuk masyarakat umum. 1.4. Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan secara subtansial dititik beratkan pada lingkup ilmu arsitektur terutama penataan kawasan yang berkaitan dengan Penataan Kawasan Wisata Tirto Argo. Hal-hal diluar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang hal tersebut masih relevan. Ruang lingkup pembahasan secara spasial tapak berada di Kelurahan Nyatnyono, kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, 1.5. Metoda Pembahasan Metoda pembahasan yang digunakan dalam penyusunan LP3A ini adalah dengan metode deskriptif sebagai cara untuk memperoleh gambaran tentang kondisi dan karakteristik suatu keadaan atau peristiwa dengan secermat-cermatnya. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan studi pustaka dan pengamatan di lapangan. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dengan cara : Wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan topic pembahasan. Studi pustaka, dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder. Dalam hal ini termasuk studi pustaka tentang pariwisata, penataan kawasan, maupun untuk pengumpulan data dari instansi terkait. Observasi lapangan, dilakukan pengamatan langsung di Kawasan Wisata Tirto Argo. Studi banding, dipilih objek yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kawasan Wisata Tirto Argo. Setelah diperoleh data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan konsep dasar perencanaan dan perancangan. 1.6. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang tema secara umum penataan Kawasan Wisata Tirto Argo yang didalamnya berisi penjelasan mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, metoda pembahasan yang digunakan, serta sistematika pembahasan yang berisi pokok pikiran pada setiap bab yang ada. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung perencanaan dan perancangan Kawasan Wisata Tirto Argo. BAB III TINJAUAN KAWASAN REKREASI TIRTO ARGO Dalam bab ini berisi tentang diskripsi kondisi dan potensi kawasan wisata tirto argo baik secara fisik maupun non fisik.Uraian didahului dengan kebijakan pariwisata Propinsi Jawa Tengah, kemudian gambaran umum Kabupaten Semarang, dan tinjauan Kawasan Wisata Tirto Argo. BAB IV ANALISIS KAWASAN TIRTO ARGO Bab ini diuraikan analisa-analisa yang bersifat penajaman terhadap materi dan dikaitkan dengan konteks lahan perencanaan. Materi yang akan dianalisa meliputi jenis wisata, pelaku, dan aktivitas, fasilitas, pencapaian, kapasitas, besaran ruang, sedangkan analisa fisik kawasan yang meliputi struktur kawasan, elemen pembentuk kawasan, citra kawasan serta style arsitektur bangunan. BAB V BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi tentang batasan dan anggapan yang dihasilkan dari analisis dan diterapkan pada pendekatan program perencanaan dan perancangan.
0 komentar